Jangkrik Boss Artinya

Jangkrik Boss Artinya

Oleh : Rum Ahmad Yusuf Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss (Part 1) berhasil mencatatkan rekor sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Hanya dalam kurun waktu 12 hari, Selasa (20/9/2016) film ini telah disasksiakn hamir 5 juta penonton dan bisa diprediksi jumlah penontonnya terus bertambah.

Bahkan bisa dipastikan juga, film ini juga bakalan merah jumlah penonton terbanyak sebanyak sejarah film Indonesia. Keberhasilan Warkop DKI Reborn meraih banyak penonton ramai diperbincangkan di media massa maupun di media sosial.

Sepertinya, film yang disutradarai Anggy Umbara dengan para pemainnya Abimaya Aryastya (Dono), Vino G Bastian (Kasino), dan Tora Sudiro (Indro) menularkan demam baru dan memunculkan rasa rindu kembali dengan akting-akting kocak para pemain aslinya atau rasa rindu ungkapan “Jangkrik Boss!” yang populer sejak muncul di film Chips Warkop DKI tahun 1982.

Arti ungkapan tersebut adalah sebuah sinyal praktik suap-menyuap, kolusi, atau pemerasaan. Pasalnya pas adegan Kasino bilang “Jangkrik Boss!”, si bos langsung mengeluarkan “uang tutup mulut” agar aibnya yang tertangkap basah dengan perempuan tidak dibongkar,”.

Kata Graeme Turner (Film as Social Practice, 1988), film sebagai praktik kehidupan sosial. Film merupakan potret realita masyarakat. Jadi, Warkop DKI Reborn dapat dibaca bukan semata membangkitkan kembali gairah film nasional, tetapi bisa jadi sadar atau tidak muncul sebagai reaksi terhadap realita sosial. Boleh jadi gagasan film ini juga muncul di tengah kesumpekaan kondisi sosial, politik, hukum ekonomi saat ini.

Contoh teraktual ketika publik beberapa waktu lalu dikejutkan dengan berita mengenai Ketua DPD RI Irman Gusman yang terjaring dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK dan oleh KPK, Irman Gusman ditetapkan sebagai tersangka dugaan suap terkait pengurusan kuota gula impor.

Status Irman Gusman sebagai tersangka dugaan suap sebagaimana yang ditetapkan oleh KPK menambah panjang daftar pejabat tinggi negara atau pejabat publik yang menjadi tersangka dalam kasus korupsi. Fakta ini juga menandakan demikian akut dan Kronisnya penyakit korupsi yang melanda bangsa ini, pejabat-pejabat publik yang seharusnya memberikan keteladanan justru menjadi bagian tumbuh suburnya budaya korupsi.

Sepertinya republik ini telah kehilangan keteladanan, keadaban berbangsa kian keropos, menjadi penting untuk kembali membaca sejarah para Founding fathers yang bersikap selayaknya negarawan, penuh integritas dan sepenuhnya mengabdikan diri bagi kemajuan bangsa serta kemakmuran rakyat.

Status Irman Gusman juga memberikan implikasi pada eksistensi DPD RI karena posisinya sebagai Ketua, pada hari-hari ke depan DPD akan semakin mengalami demoralisasi, kehilangan kepercayaan. Implikasi lainnya agenda dan harapan untuk mendorong penguatan peran DPD juga akan semakin sulit akibat kasus yang menimpa Irman Gusman ini.

Memberantas Korupsi Korupsi itu bukan fenomena yang baru di dunia ini. Kautilya seorang Perdana Menteri di India sudah menulis buku Arthastra yang membahas korupsi lebih dari 2000 tahun yang lalu. Kalimatnya yang sangat terkenal dan cukup banyak dikutip, “Just as it is impossible not to taste the honey (or the poison) that finds itself at the tip of the tongue, so it is impossible for a government servant not to eat up, at least, a bit of the king’s revenue.”

Korupsi di Indonesia juga sudah tentu bukan juga masalah baru. Banyak cerita sejarah yang bisa dibaca dan menuliskan bahwa korupsi itu selalu ada dalam setiap pemerintahan. Fakta yang tidak terbantahkan bahwa upaya pemberantasan korupsi di Indonesia bukanlah hal yang baru. Banyak Team atau Lembaga dibentuk untuk memberantas korupsi, mulai dari tahun 1957-an sampai masa pemerintahan SBY hingga pemerintahan Jokowi.

Banyak peraturan dilahirkan untuk memberantas korupsi, tetapi Indonesia tetap tercatat sebagai salah satu Negara yang sangat korup di dunia. Dalam catatan Transparansi Internasional misalnya, sejak tahun 1998 Indonesia termasuk Negara yang meraih posisi 10 besar Negara terkorup di dunia.

Sehingga tidak salah kalau Almarhum Bung Hatta ditahun 1970 an menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah membudaya. Hal ini tercermin dengan banyaknya kosa kata yang digunakan dan dianggap sebagai pengesahan korupsi seperti uang rokok, uang lelah, biaya kemitraan, biaya transportasi, tanda terimakasih.

Kalau saja pernyataan Almarhum Bung Hatta ini benar, maka berarti bangsa ini sudah berangapan bahwa korupsi itu adalah satu hal yang wajar, satu hal yang pantas dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Korupsi sama dengan kebutuhan menghirup udara, makan dan minum, semua dianggap sebagai satu keniscayaan, sebagai aktifitas yang lumrah dan tidak tercela.

Dengan demikian maka pemberantasan korupsi ini tidak cukup hanya dilakukan melalui lembaga peradilan, yang tidak jarang juga melakukan korupsi yang tak terkirakan dahsyatnya. Sehingga pemberantasan korupsi bukan hanya dilakukan melalui lembaga hukum, tetapi juga melalui pendidikan formal dan non formal. Melalui contoh gaya hidup yang tidak koruptif, bukan aji mumpung.

Penutup Saat sekarang ini, korupsi masih belum dilihat sebagai perendahan martabat manusia, dosa, moral hina, perbuatan tercela dan merusak kehidupan. Korupsi justru jadi titian bagi mereka yang haus kuasa dan harta.

Ramainya jumlah penonton film Warkop DKI Reborn menandakan, setelah 34 tahun kemunculan ungkapan istilah “Jangkrik Boss”, sepertinya sudah menjadi budaya dan masih cocok menggambarkan keadaan sekarang ini. Film ini hadir kembali ketika budaya korup masih menjadi pemandangan sehari-hari di negeri ini. Ternyata, Indonesia belum berubah juga. *) Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Dono (Abimana Aryasatya), Kasino (Vino G Bastian) dan Indro (Tora Sudiro) kembali beraksi di tengah hiruk pikuknya Jakarta. Mereka sekali lagi berperan sebagai personel sebuah Lembaga Swasta yang bernama CHIIPS (Cara Hebat Ikut-Ikutan Penanggulangan Sosial).

Walaupun mereka bersemangat menjalankan tugasnya melayani masyarakat, namun kekacauan selalu timbul akibat aksi mereka yang konyol. Hal ini tentu saja membuat mereka menjadi bulan-bulanan banyak pihak, termasuk Boss mereka. Akhirnya sang Boss menghadirkan Sophie, professional CHIIPS cantik kiriman dari Perancis untuk membantu tugas baru DKI (Dono, Kasino Indro) dalam menangkap para begal.

Continues the adventure of Dono, Kasino and Indro in searching for the treasure in Malaysia, to pay their debts, so they could avoid the trial. With many funny things ensues.

Departemen Suara dan Musik

Departemen Pasca Produksi

"Komedi absurd yang berlanjut, meski kali ini cukup sedikit menghibur lewat penghormatan terhadap film-film Indonesia lawas"

Dono, Kasino, dan Indro melanjutkan petualangannya dalam mencari harta karun agar mereka tidak dipenjara. Di Malaysia, mereka harus mengikuti gadis cantik bernama Nadia yang tidak sengaja membawa tas mereka. Bersama Nadia, mereka dibawa ke berbagai tempat hingga ke sebuah pulau tidak berpenghuni. Ternyata pulau misterius tersebut menjadi penentu nasib mereka di masa depan.

Ketidakcocokan gue dengan lelucon absurd Warkop DKI Reborn dari Part 1 ternyata berlanjut ke Part 2. Meski kali ini, Part 2 sudah lebih bercerita dan menghadapi konflik ketimbang Part 1 yang seakan gabungan dari deretan sketsa komedi. Namun tetap saja, cerita yang ada pun hanya menjadi perahu bagi komedi-komedi absurd yang…

Pemain Indro Warkop, film Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian dan Tora Sudiro bersama Produser Frederica dan Sutradara Anggy Umbara saat menghadiri acara peluncuran trailer film Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss Part 2 di Kantor Falcon, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Selasa (1/8/2017). Sekuel kedua dari Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss, diharapkan dapat mendulang kesuksesan seperti yang sebelumnya. Pada part 1, film ini mampu meraih penonton hingga enam juta lebih. Tribunnews/Jeprima

Dono, Kasino, and Indro are back in action. Now, they join a private institution called CHIPS. Even though they are passionate about serving the community, they also continue to cause problems because of their silly and funny actions.